Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

Konsep produktivitas menurut Islam



Konsep produktivitas merupakan perbandingan dari output terhadap input. Semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti semakin banyak hasil (output) yang di capai. Adapun unsur-unsur dari produktivitas adalah efisensi, efektivitas dan kualitas.  Produktivitas = Output/Input. Sedangkan Output sendiri dapat berupa hasil dari tujuan yang dicapai dan input merupakan resource (sumber daya) yang diperoleh misalnya waktu, bahan baku, manusia, mesin, uang dll.
Namun bagaimana konsep produktivitas ini menurut pandangan Islam? Menurut pandangan saya, ternyata Islam tidak hanya semata-mata ajaran agama yang menganjurkan pengikutnya hanya untuk beribadah dan menyembah Allah SWT sebagai sesembahan, namun juga Islam menuntut kita umatnya untuk menjadi pribadi-pribadi yang unggul dari berbagai aspek. Untuk menjadi manusia yang unggul Allah SWT sebagai sang pencipta telah menganugerahi kita modal sumber daya atau yang disebut input (resource). Input yang diberikan Allah SWT berupa waktu, pikiran, ruh, nafsu, hati, kesehatan dll, yang kesemuanya itu perlu diproses menjadi output untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan ahirat. Alangkah merugi manusia yang telah dianugerahi berbagai sumber daya tetapi hanya menjadi orang-orang yang merugi atau bahkan celaka, karena tidak mampu menghasilkan output yang maksimal. Seprti sabda Rasulullah SAW “barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia termasuk orang-orang yang beruntung, dan barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin maka ia merugi dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia celaka.”

Islam melarang menyianyiakan apapun bahkan menuntut untuk memanfaatkan apa saja menjadi sesuatu yang lebih baik. Allah SWT berfirman “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (Q.S. Al-Asr: 1-2)”. Inilah ayat yang menggambarkan bahwa sangat penting untuk memanfaatkan sumber daya yang telah dianugerahkan Allah SWT. Setiap manusia di bumi ini dari gembel sampai presiden diberikan jatah waktu yang sama yakni 24 jam sehari, namun setiap orang akan berbeda dalam memanfaatkan waktu tersebut. Dari input yang berupa waktu akan terlihat tingkat produktivitas seseorang, ada yang waktu tersebut hanya terbuang sia-sia tanpa menghasilkan sesuatu peningkatan apapun, namun ada juga orang yang memanfaatkan waktu dengan sangat baik sehingga terlihat adanya peningkatan demi peningkatan dari segi ibadahnya, pekerjaannya, perilakunya, amal salehnya, dll.
Juga input berupa pikiran yang Allah SWT berikan harus dapat menghasilkan sesuatu yang berarti. Tingkat produktivitas seseorang pun berbeda dalam memanfaatkan pikiranya. Kita sepakat bahwa setiap manusia yang lahir ke dunia ini merupakan penciptaan terbaik dari Allah SWT yang sudah pasti memiliki akal-pikiran. Namun Allah SWT selaku “direksi/pemilik perusahaan” menginginkan kita menggunakan pikiran tersebut untuk merenungi ciptaannya agar kita mengetahui kebesaran Allah SWT, seperti firmanNYA “Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (Q.S. Ar-Ra’du: 19)” dan “ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada mu agar kamu berfikir (Q.S. Al-Baqarah: 219).”
Ahirnya jika kita mampu memaksimalkan setiap input (waktu, pikiran,dll) yang diberikan oleh Allah SWT lebih baik dari orang lain maka kita telah mampu menjadi hamba yang efektif. Seperti halnya tidak ada waktu yang terbuang sia-sia untuk kegiatan yang tidak bermanfaat dan selalu memikirkan inovasi-inovasi terbaik untuk merancang kehidupan yang lebih baik, sehingga tidak adanya yang disebut “idle capacity”. Sabda Rasulullah SAW “Di antara tanda bagusnya Islam seseorang, ia senantiasa meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi dirinya”.

referensi: dari berbagai sumber