Cari Blog Ini

Selasa, 19 Juni 2012

I miss You, but Why You don't call me?!

Hi Girl,,
I Miss You,..(13 Juni 2012 - 18 Juni 2012)


"Every moment spent with you is a moment I treasure"
I MISS YOU.................................................................

Selasa, 01 Mei 2012

Kota, Kita, dan Kereta

“Berikut merupakan tulisan yang bagus yang ditulis oleh Robin Hartanto di Newsroom Blog yang berjudul Kota, Kita, dan Kereta

Bagi warga kota, transportasi massal seperti kereta kerap menjadi senjata sejuta umat untuk bertempur melawan jarak yang ramah kondisi kantong. Apalagi saat si Komo lewat, menempuh jalanan dengan transportasi massal terkadang lebih menghibur dibandingkan dengan menyetir kendaraan pribadi yang bisa sangat melelahkan tubuh dan pikiran. Seorang rekan pernah bilang, “Naik kereta lalu melihat jalanan macet, rasanya seperti kemenangan kaum proletarian atas kaum kaya.”

Tetapi Randy Kennedy, wartawan New York Times yang selama tiga tahun menelisik seluk-beluk dunia subway di New York, justru melihat kereta bukan sekadar jembatan pergi-pulang. Baginya, kereta telah menjelma menjadi ruang publik yang mempertemukan dan mendekatkan masyarakat dari berbagai latar. Bahkan dekat secara harafiah.

“Kereta membuat kita duduk bersama. Juga berdiri bersama,” ungkapnya lugas. “Setiap hari, pengguna kereta menemukan dirinya berjarak satu inci dari orang-orang yang untuk tinggal di kompleks yang sama pun mereka enggan.”

Walaupun objek penelitiannya berada di belahan bumi lain, saya merasa pernyataannya sangat relevan bagi kota Jakarta dan kota-kota satelit di sekitarnya. Bukankah waktu dan kesibukan kita tidak mengizinkan menikmati waktu di taman? Seandainya ketersediaan waktu pun tak jadi soal, bukankah ruang publik di kota yang seadanya membuat kita lebih memilih jalan-jalan di mal atau berdiam saja di rumah?

Bisa jadi kemudian, bagi warga kereta, pengalaman menuju ke satu tempat dengan kereta menjadi satu dari sedikit kesempatan untuk bersinggungan dengan orang lain. Jika meminjam kata-kata Avianti Armand, penulis buku “Negeri Para Peri”, di sebuah tulisannya di majalah, “Berhimpitan dengan itu semua: wajah-wajah yang nyata. Wajah-wajah dengan bau keringat dari perjuangan mempertahankan hidup, atau sejengkal tempat untuk hidup.”

“Wajah-wajah lelah namun penuh harap orang-orang yang pulang kerja selepas senja. Dengan mata yang percaya bahwa besok bisa lebih baik”. Ya, kita bercermin melalui orang lain.

Sebuah teori mengatakan, seseorang menjaga jarak kontak terhadap orang lain sekitar 30-120 cm. Di kereta, teori itu tak berlaku. Para pengguna kereta berada di jarak intim, seperti suami-istri atau bahkan lawan bergulat. Mereka saling merasakan pandangan, bau, suhu tubuh, suara, nafas, bahkan sentuhan satu sama lain.

Dan di dalam kedekatan pengalaman tersebut, para pengguna kereta sebenarnya menyaksikan ruang publik yang sangat kompleks, yang juga sangat kaya. Kereta adalah panggung konser untuk band-band bermodalkan alat musik lengkap hingga para solois bermodalkan tape bersuara kresek, yang bisa dinikmati gratis bagi orang-orang yang tidak ingin memberi.

Kereta adalah pasar untuk  penjual buah, makanan, minuman, obat tikus, lem korea, pupuk tanaman, sarung telepon seluler, hingga tongkat pijat. Kereta adalah kamar tidur untuk para pekerja yang telah bekerja seharian. Kereta adalah toko buku-buku anak dan buku-buku religius, di samping juga ruang baca bagi mahasiswa rajin yang sekadar mengisi waktu luang — serta mahasiwa malas yang belum tuntas belajar.

Dan kereta juga menjadi tempat sampah bagi orang-orang yang tidak peduli kebersihan, sekaligus sumber rezeki bagi para pemulung.

Dunia kecil itu memang lebih dekat cacat daripada sempurna. Warga kereta pun lebih banyak mengeluh daripada memuji. Telat, lambat, pengap, panas, kotor, padat, sumpek, sempit adalah perbendaharaan kata sehari-hari warga kereta. Tetapi di balik itu semua, kereta adalah ruang publik yang masih ada di kota kita, yang darinya kita dapat bersinggungan dengan sesama. Juga belajar dari sesama.

“Dalam kereta. Hujan menebal jendela”, tutur Chairil Anwar dalam puisinya “Dalam Kereta”. Bait indah itu, saya percaya, bukan hanya lahir dari kepekaannya, tetapi juga dari pengalaman kaya ketika menaiki kereta.

Jumat, 27 April 2012

Antara yang tahu VS yang seharusnya dilakukan



Semakin banyak ilmu yang kita pelajari maka pengetahuan pun akan semakin bertambah. Namun banyak juga orang-orang yang meremehkan pengetahuan dan hanya mengandalkan intuisi atau pengalaman pabila ingin mengerjakan suatu hal. Tulisan ini didasari oleh adanya pemikiran dari orang-orang yang mencoba untuk memberi pemahaman bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman. Menurut  saya, terdapat perbedaan antara  orang yang benar-benar tahu dan orang-orang yang melakukan suatu hal berdasarkan apa yang memang seharusnya dilakukan.
            Misalnya rutinitas petani yang sebelum menanami padi selalu membajak sawaknya, atau ketika kita haus kita akan mencari minuman sebagai penghilang rasa haus atau juga ketika kita bertanya pada seorang ustadz mengapa setelah makan menggunakan tangan sebaiknya harus menjilati ujung-ujung  jari jemari kita? Dari contoh pernyataan diatas maka dapat diketahui perbedaan anara orang yang tahu dan orang yang melakukan sesuatu berdasarkan naluri bahwa hal tersebut adalah yang seharusnya dilakukan. Jika orang yang benar-benar tahu, dan pastinya memiliki pengetahuan mengenai hal itu, mereka mengatakan bahwa tujuan dari menjilati ujung-ujung jemari setelah makan adalah bahwa terdapat bakteri  yang dapat mempercepat proses pembusukan makanan dalam lambung, itulah makanya makanan yang sudah tersentuh dengan tangan akan lebih cepat basi. Pembusukan dalam organ pencernaan akan membantu proses pencernaan agar lebih cepat dan mudah. Sedangkan menurut ustadz, menjilati tangan merupakan hal yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, dan hal itu harus dilakukan karena mengikuti sunnah Nabi SAW.
            Atau layaknya mesin mobil, tubuh kita juga memerlukan pendingin layaknya mesin untuk menjaga kesegaran, membantu pencernaan dan mengeluarkan racun serta dapat memberikan efek relaksasi.  Bagi orang yang benar-benar tahu, setiap kali meminum air dia akan mengerti setiap manfaat dari tindakan yang dilakukan. Sedangkan bagi orang meminum air hanya didasarkan pada naluri bahwa jika haus maka (kegiatan) minum merupakan hal yang seharusnya dilakukan, mereka tidak mengerti pengapa hal itu harus dilakukan.
Dari sini dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan anatara orang yang benar-benar tahu dikarenakan memiliki pengetahuan, dan orang yang tahu dikarenakan intuisi atau bersifat rutinitas bahwa hal itu yang seharusnya dilakukan. Yang terbaik adalah jika kita mengetahui setiap tindakan yang harus kita kerjakan, dan tindakan yang kita kerjakan tersebut kita lakukan berdsarkan pengetahuan (ilmu) yang kita miliki. Karena jika kita melakukan setiap tindakan kita hanya dikarenakan hal itu yang seharusnya dilakukan, maka apa bedanya anara kita, hewan maupun tumbuhan? Burung tidak pernah tahu mengapa ia dapat terbang, yang terpenting adalah mencoba mengepakkan sayapnya sekuat mungkin agar ia dapat terbang, atau semut tidak pernah tahu untuk apa ia mengumpulkan makanan sebanyak-banyaknya, yang terpenting bagi semut adalah “dimana ada gula ada disitu ada semut…“
            Disinilah perbedaan antara orang yang mengaku manusia, dan orang yang mengaku manusia padahal ia burung atau semut, yang melakukan kegiatannya tanpa mengetahui apa yang dilakukan..

Salam bagi bagi seluruh pemikir holic,...

Jumat, 10 Februari 2012

padamu SOEKARNO (INDONESIA)


Kebanggaan besar hari ini, melihat dan mendengar carita pengalaman tim expedisi Fastron di Mento TV dalam Acara Kick Andy. Kebanggaan itu timbul dari cerita tim yang menceritakan pengalaman pada saat berziarah di Makam Imam Bukhori di Negara Uzbekistan. Pada saat ziarah tim dijamu dengan penuh suka-cita oleh penjaga makam, dan tim dipersilahkan untuk berziarah langsung di depan makam Imam Bukhori yang terletak di bawah tanah dan tidak dibuka untuk umum. Setelah berziarah tim melakukan wawancara dengan penjaga makam, dan bertanya mengapa mereka mendapatkan sambutan yang begitu luar biasa. Ternyata alasan penjaga makam memperlakukan tim secara spesial adalah dikarenakan anggota tim merupakan orang INDONESIA!!!
Mengapa INDONESIA begitu disanjung dan dihormati? Ternyata ada sejarah besar yang melatarbelakangi terjadi itu semua. Seorang proklamator kebanggaan kita, SOEKARNO yang pada saat itu menjadi presiden pertama INDONESIA yang mampu membuat INDONESIA begitu disegani. Lalu pertanyaan yang muncul adalah apa hubungannya dengan Makam Bukhori? Ternyata dahulu Makam Bukhori di Uzbekistan yang masih tergabung dengan Uni Soviet dalam kondisi rusak dan terbengkalai tanpa ada pemugaran. SOEKARNO saat mengetahui hal tersebut langsung memberikan segepok emas dan memerintahkan pemerintah Uni Soviet untuk melakukan pemugaran.
Begitukah suara INDONESIA dahulu? Saya semakin kagum dengan suara INDONESIA (dahulu), saya semakin bangga bahwa INDONESIA (dahulu) bisa mendikte Negara sebesar Uni Soviet. Sekarang mana suara kita (INDONESIA)? Masihkah terdengar? Atau terdengar sayup-sayup? Atau tak terdengar lagi? Apa sedang sekarat? Atau mau menuju kematian? INDONESIA oh INDONESIA yang kucinta (dahulu)..

Minggu, 01 Januari 2012

2012

bjumpah sawi....
onenk tuh....
mau ahh