Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

Konsep kualitas menurut Islam

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui (Q.S. Al-Ankabut: 64)”
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (Q.S. Al-A’laa: 17)”
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. An-Nahl: 97)”
Bagaimana Islam memaknai kehidupan? Apakah hakikat kehidupan yang berkualitas menurut pandangan Islam? Mungkin 2 pertanyaan itu menjadi landasan berfikir kita mengenai makna hidup yang sesungguhnya. Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan bermanfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai manusia yang telah diatur oleh Syariat Islam. Bahkan ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Rasulullah SAW bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Berarti untuk menuju kehidupan ahirat yang nyatanya lebih baik dan lebih kekal tentu harus memberikan kontribusi bagi diri, keluarga, masyarakat, dan negara.

Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya dan berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Konsep ini merupakan penerapan dari konsep kualitas “Big Q” yaitu untuk dapat hidup lebih baik di ahirat kelak kita tidak bisa hanya beribadah semata-mata untuk menyembah Allah (parsial), tetapi kita juga dituntut untuk bekerja dan berkarya selama di dunia ini. Tidak adanya orang yang merasa dirugikan dan terzalimi dengan keberadaan kita merupakan suatu indikator bahwa hasil karya (amal saleh) kita di dunia ini zero defect / zero complain (six sigma).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan kita di dunia ini semata-mata untuk mencari bekal menuju ahirat. Seberapa banyak bekal yang kita bawa tergantung seberapa banyak dan berkualitasnya karya (amal shaleh) yang kita hasilkan, dan seberapa banyak pula orang yang merasa senang dengan keberadaan kita, serta seberapa bermanfaatnyakah kehidupan kita untuk orang lain. Karena sejatinya manusia membutuhkan aktualisasi diri yaitu mendapat pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Namun yang lebih penting adalah mendapat pengakuan di sisi Allah SWT.
Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang dan diakui oleh Allah SWT. Amin